BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu
psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting
guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran
ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda
maupun manusia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa
keingintahuan dalam memahami manusia, mulai bermunculan tokoh-tokoh beserta
teori-teori yang mendukung penjelasan mengenai kepribadian manusia. Salah satu
teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak manusia
adalah teori Galenus.
B. Rumusan
Masalah
1.
Siapakah Galenus?
2. Apa
teori yang disampaikan oleh Galenus?
3. Apakah
pengaruh ajaran Hippocrates dan Galenus?
C. Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah psikologi kepribadian yang diberikan oleh Dra.
Tuti hardjajani, M.Si sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi
kepribadian.
2.
Mengetahui riwayat hidup Galenus.
3.
Mengetahui teori Galenus.
4.
Mengetahui pengaruh ajaran Hippocrates dan Galenus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat
Hidup Galenus
Galenus (Yunani: Γαληνός, Latin: Claudius Galenus dari
Pergamum (129-200), lebih dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Galen), adalah
seorang dokter (atau tabib) dari Yunani kuno. Ia memiliki pengaruh besar dalam
kedokteran Eropa.
Galen dilahirkan di Pergamum (kini: Bergama, Turki), putra
dari Nicon, seorang arsitek kaya. Ia memiliki ketertarikan pada bidang
pertanian, arsitektur, astronomi, astrologi, filsafat, hingga akhirnya ia
memilih untuk berkonsentrasi pada kedokteran.
Pada usia 20 tahun ia telah menjadi seorang tabib pada kuil
Asclepius selama 4 tahun. Setelah kematian ayahnya pada 148 atau 149, ia
merantau untuk belajar di Smyrna, Korintus, dan Alexandria selama 12 tahun.
Ketika ia kembali ke Pergamum pada 157, ia bekerja sebagai seorang dokter di
sekolah gladiator sleama 3 sampai 4 tahun. Selama masa itu, ia banyak belajar
mengenai perawatan dan penyembuhan trauma dan luka. Kemudian ia mengistilahkan
luka sebagai "jendela untuk masuk ke tubuh".
Galen melakukan operasi yang berbahaya yang tidak pernah
dilakukan lagi hampir selama 2 milenium terakhir termasuk pembedahan otak dan
mata. Untuk mengoperasi katarak, ia menyelipkan sebuah alat seperti benang ke
mata hingga di belakang lensa mata. Ia kemudian menariknya untuk mengangkat
katarak. Kesalahan sedikit dapat menyebabkan buta permanen. Selain itu ia juga
meletakkan dasar standar untuk kedokteran modern.
Pada 162, ia pindah ke Roma di mana ia banyak menyebarkan
ilmu anatomi. Reputasinya kian naik dan dikenal sebagai ahli kedokteran yang
berpengalaman dan memiliki klien yang tersebar luas. Salah satunya adalah
konsul Flavius Boethius yang akhirnya memperkenalkan ia menjadi tabib kerajaan.
Ia turut merawat Lucius Verus, Commodus dan Spetimius Severus. Ia sempat
kembali ke tanah airnya, Pergamum selama 166 hingga 169.
Galen menghabiskan sisa hidupnya di kerajaan. Sesuai
tradisi, tahun meninggalnya ditetapkan sekitar tahun 200 sesuai dengan dokumen
Suda Lexicon dari abad ke-10. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa ia
meninggal pada 216, disebabkan perkiraan karya tulis terakhirnya dituliskan
pada akhir 207.
Galen meneruskan kedokteran Hippokrates di zaman Renaisans.
Ia pun mengemukakan empat humor (cairan) tubuh yaitu darah, empedu kuning
(yellow bile), empedu hitam (black bile) dan mukus. Empat hal ini akan berputar
sesuai dengan empat musim. Ia menyusun teorinya sendiri dari prinsip tersebut
dan banyak karyanya didasarkan pada prinsip Hippokrates.
Karya terbesarnya adalah tujuh belas buku dari On the Usefulness
of the Parts of the Human Body. Ia juga menulis tentang filsafat dan anatomi.
Teori yang dikemukakan oleh Galen didasarkan dari penciptaan
oleh Pencipta ("Alam" - Greek phusis) - alasan utama mengapa kelak
para sarjana Islam dan Kristen dapat menerima pandangannya.
Menurutnya, prinsip kehidupan yang paling dasar adalah
pneuma atau udara yang kemudian dapat dikaitkan dengan jiwa. Hal ini
membuktikan bahwa dunia kedokterannya sangat dipengaruhi oleh hal-hal
filosofis. Pneuma physicon (roh hewani) di otak mengatur pergerakan, persepsi,
dan indera. Pneuma zoticon (roh hayati) yang ada di jantung mengatur darah dan
suhu tubuh. "Roh alamiah" di hati mengatur nutrisi dan metabolisme.
Galen memperluas wawasannya dengan melakukan penelitian pada
hewan. Salah satu metodenya adalah menunjukkan pembedahan pada seokar babi,
memotong saraf laringealnya (nantinya bagians araf ini dikenal sebagai Saraf
Galen) yang dapat menghentikan erangan babi tersebut. Ia juga pernah mengikat
ureter pada hewan yang masih hidup untuk menunjukkan bahwa urin berasal dari
ginjal, dab merusak saraf untuk menunjukkan paralisis. Metode penunjukkan
kepada publik seperti yang dilakukan oleh Galen ini digunakan sebagai cara
belajar bagi mahasiswa kedokteran dan tak jarang menimbulkan perdebatan.
Ada beberapa teori Galen yang terbukti benar seperti
argumentasinya akan pikiran yang terdapat di otak, bukan di hati seperti yang
dikemukakan oleh Aristoteles.
Bagaimanapun juga ada beberapa teori yang cacat seperti
pemahaman Galen akan sistem sirkulasi. Ia menduga sistem vena dan arteri adalah
dua sistem yang terpisah. Teori ini akhirnya ditolak oleh William Harvey pada
abad ke-17. Oleh karena isa menggunakan hewan sebagai media percobaannya,
terdapat kesalahpahaman antara organ hewan dan organ manusia. Hal ini
dikarenakan tidak semua organ serupa pada setiap spesies.
Ilmu kedokteran di Arab pada zaman pertengahan mengembangkan
apa yang telah ditemukan para pakar Yunani kuno, termasuk pula karya Galen
seperti teori humoralnya. Banyak karya Galen yang dituliskan dalam bahasa
Yunani diterjemahkan ke bahasa Suriah oleh Imam Nestor di Universitas
Gundishapur, Persia. Oleh ilmuwan Arab, karya Galen kemudian diterjemahkan ke
bahasa Arab.
B. Teori
Galenus
Galenus menyempurnakan ajaran Hippocrates yang menyatakan
bahwa kepribadian manusia berasal dari titik tolak konstitusional dan
terpengaruh oleh kosmologi empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta
beserta isinya ini tersusun dari empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan
api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya yaitu kering, basah, dingin, dan
panas, maka Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat
macam sifat yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan
yang terdapat dalam tubuh orang itu. Galenus membeda-bedakan kepribadian
manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut.
Berdasarkan pemikirannya, ia mengatakan bahwa keempat tipe
temperamen dasar itu adalah akibat dari empat macam cairan tubuh yang sangat
penting di dalam tubuh manusia:
1. Sifat kering
terdapat dalam chole (empedu kuning)
2. Sifat basah
terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
3. Sifat dingin
terdapat dalam phlegma (lendir)
4. Sifat panas
terdapat dalam sanguis (darah)
Galenus sependapat dengan Hippocrates, dan bahwa
cairan-cairan tersebut adanya dalam proposi tertentu. Kalau suatu cairan adanya
dalam tubuh itu melebihi proposi yang seharusnya (jadi: dominan) maka akan
mengakibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas.
Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai
akibat daripada dominannya salah satu cairan badaniah itu oleh Galenus
disebutnya tempramen. Jadi, dengan dasar pikiran yang telah dikemukakan itu
sampailah Galenus kepada penggolongan manusia menjadi empat tipe tempramen, beralas
pada dominasi salah satu cairan badaniah.
No
Cairan badan yang dominan
Prinsip
Tipe
1
Chole
Tegangan
Choleris
2
Melanchole
Penegaran
Melancholis
3
Phlegma
Plastisitas
Phlegmatis
4
Sanguis
Ekspansivitas
Sanginis
Untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai sifat temperamen
yang melekat dalam setiap cairan, berikut adalah gambaran dari penggolongan
manusia berdasarkan keempat bentuk cairan tersebut:
1. Tipe
Kepribadian Choleris
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan chole.
Dimana orang yang choleris adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang
khas seperti hidup penuh semangat, keras, hatinya mudah terbakar, daya juang
besar, optimistis, garang, mudah marah, pengatur, penguasa, pendendam, dan
serius.
2. Tipe
Kepribadian Melancholis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan
melanchole. Dimana orang yang melancholis adalah orang yang memiliki tipe
kepribadian yang khas seperti mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimistis,
penakut, dan kaku.
3. Tipe
Kepribadian Phlegmatis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan phlegma.
Dimana orang yang phlegmatis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang
khas seperti tidak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah dipengaruhi, setia,
dingin, santai dan sabar.
4. Tipe
Kepribadian Sanguinis
Cairan yang lebih dominan dalam tubuh yaitu cairan sanguis.
Dimana orang yang sanguinis adalah orang yang memiliki tipe kepribadian yang
khas seperti hidup mudah berganti haluan, ramah, mudah bergaul, lincah,
periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
C. Pengaruh
Ajaran Hippocrates dan Galenus
Ajaran Hippocrates yang kemudian disempurnakan oleh Galenus
itu tahan uji sampai berabad-abad; pendapatnya lama sekali diikuti oleh para
ahli, hanya dengan variasi yang berbeda-beda. Bahkan sampai dewasa ini pun
pengaruh itu masih terasa.
Lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya, yaitu adanya
kesatuan dalam seluruh kosmos, ditinggalkan, dan sebagaiakibatnya terdapat
adanya dua garis perkembangannya: yaitu:
1. Yang menekankan pentingnya kejasmaniaan, yaitu
teori-teori konstitusional.
2. Yang menekankan pentingnya segi kejiwaan, yaitu
teori-teori temperamen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Galenus
(Yunani: Γαληνός, Latin: Claudius Galenus dari Pergamum (129-200), lebih
dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Galen), adalah seorang dokter (atau tabib)
dari Yunani kuno. Ia memiliki pengaruh besar dalam kedokteran Eropa. Teori yang
dikemukakan oleh Galen didasarkan dari penciptaan oleh Pencipta
("Alam" - Greek phusis) - alasan utama mengapa kelak para sarjana
Islam dan Kristen dapat menerima pandangannya. Menurutnya, prinsip kehidupan
yang paling dasar adalah pneuma atau udara yang kemudian dapat dikaitkan dengan
jiwa. Hal ini membuktikan bahwa dunia kedokterannya sangat dipengaruhi oleh hal-hal
filosofis.
2. Galenus
menyempurnakan ajaran Hippocrates yang menyatakan bahwa kepribadian manusia
berasal dari titik tolak konstitusional dan terpengaruh oleh kosmologi
empedokles, yang menganggap bahwa alam semesta beserta isinya ini tersusun dari
empat unsur dasar yaitu tanah, air, udara, dan api. Dengan sifat-sifat yang
didukungnya yaitu kering, basah, dingin, dan panas, maka Hippocrates
berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat yang didukung
oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang terdapat dalam tubuh
orang itu yaitu sifat kering yang terdapat dalam chole (empedu kuning), sifat
basah yang terdapat dalam melanchole (empedu hitam), sifat dingin yang terdapat
dalam phlegma (lendir), dan sifat panas yang terdapat dalam sanguis (darah).
3. Ajaran
Hippocrates yang kemudian disempurnakan oleh Galenus itu tahan uji sampai
berabad-abad, namun lama-kelamaan latar belakang kefilsafatannya ditinggalkan,
dan sebagai akibatnya terdapat adanya dua garis perkembangannya, yaitu yang
menekankan pentingnya kejasmaniaan (teori-teori konstitusional) dan yang
menekankan pentingnya segi kejiwaan (teori-teori temperamen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar